Minggu, 21 November 2010

KATAK DALAM TEMPURUNG

KATAK DALAM TEMPURUNG

Assalam mualaikum sahabat.....

Bismilah hirahman nirahim

Bagai katak dalam tempurung, itulah sebuah ungkapan atau peribahasa untuk menggambarkan bagaimana kondisi seseorang yang terjebak dalam sebuah kondisi yang tidak memungkin dia untuk melihat dunia luar. Katak yang dalam tempurung hanya tahu tentang tempurungnya saja, tempat dimana dia tinggal, dia tidak tahu bahwa diluar sana dunia terbentang luas lagi ramai. Katak dalam tempurung merasa bahwa ia-lah yang “paling”, katak itu merasa paling pintar, paling tahu, paling berkuasa dan paling-paling lainnya.

Seorang teman pernah mengatakan “ Saya dipesantren 8 tahun, tapi setelah itu, saya seperti orang gagap menghadapi dunia dan kehidupan diluar pesantren, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan ilmu yang saya dapat dipesantren”.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya dikotomi dan kesalahan dalam pemahaman masalah “ilmu”, seolah-seolah ilmu yang harus dipelajari adalah ilmu syari’at saja, ilmu fiqh saja, atau bahasa arab saja, atau ilmu akhirat saja, sementara ilmu fisika, kimia, matematika, akuntansi dan cabang ilmu “duniawi” tidak diperlukan.

Ketika terjadi dikotomi semacam ini yang terjadi kemudian adalah adanya kesenjangan, dia pintar ngaji dan rajin shalat, sementara perutnya lapar, dapurnya tidak ngebul, sehingga pada titik tertentu akan terjadi sebuah ungkapan yang sungguh sangat-sangat salah “ Buat apa saya ngaji dan rajin shalat, toh saya tetap miskin?”

Bukan ngaji-nya yang salah, bukan shalatnya yang tidak benar, tapi ia yang tidak pandai memaknai ilmu, ia tidak pandai memaknai bahwa dunia adalah jembatan menuju akhirat, bahwa dunia adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dengan akhirat, bahwa kehidupan kita dikahirat kelak juga ditentukan kehidupan kita didunia sekarang, ia bagai katak dalam tempurung.

“Kalau kamu ingin akhirat, maka harus pakai ilmu, kalau kamu ingin dunia, harus pakai ilmu, kalau kamu ingin kedua-duanya, pakai ilmu.

Untuk mengejar negeri akhirat, tentu kita harus belajar ilmu tauhid, ilmu syari’at, ilmu fiqh dan ilmu agama lainnya.

Untuk mengejar dunia, kita tentu harus pandai berhitung dengan belajar matematika dan akuntansi, tentu kita harus pandai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mempelajari ilmunya.

Ketika ilmu agama kita punya, ilmu dunia kita mumpuni, maka itulah orang yang bahagia, didunia dan diakhirat kelak, insya Allah.

77. Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(al Qasash:77)

Kita, kata Allah, mempunyai bagian untuk menikmati dunia, jadi kenapa kita harus meninggalkanya?

Seorang ulama pernah berkata “ Pada saat kapan kamu beribadah”

“Pada saat saya hidup didunia” Jawab muridnya

“Pada saat hidup yang bagaimana kamu beribadah”

“Pada saat saya sehat” Jawab muridnya

“Bagaimana agar kamu sehat”

“Salah satunya dengan menjaga makanan yang bersih dan baik” Jawabnya lagi.

“Dengan apa kamu mendapatkan makanan yang baik”

“Dengan membelinya dengan uang” Jawabnya.

“Jadi kenapa kamu harus berhenti mencari uang, sementara dengan uang itu kamu bisa membeli makanan untuk menjaga kesehatanmu, dan dengan sehatmu kamu bisa beribadah dengan baik kepada Allah? Papar sang guru.

“Jadi kenapa kamu harus berhenti mencari ilmu dunia (Iptek), jika dengan ilmu itu kamu bisa menghasilkan uang? Tanya sang guru

Shalat, kita perlu pakaian yang layak lagi bersih, bahkan Allah menyuruh kita mengenakan pakaian terbaik yang kita miliki saat kita ke masjid;


31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Al A'raf:31)

Untuk bisa mengenakan pakaian yang indah setiap kemasjid, makan dan minum dengan layak dan memenuhi syarat kecukupan gizi, kita perlu ilmu untuk mendapatkan uang dan membeli keperluan hidup kita.

Zakat, juga memerlukan uang, sedekah juga merupakan aktivitas yang memerlukan uang, “Tangan diatas, lebih mulia dari pada tangan dibawah”

Pergi ketanah suci untuk menunaikan rukun Islam kelima, juga memerlukan uang yang tidak sedikit, sehingga secara simbolik Allah menggambarkan dalam surat Quraisy;

1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, 2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602]. 3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah Ini (Ka'bah). 4. Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Ada isyarat bahwa Berpergian pada musim dingin dan panas (Berdagang) dulu, kemudian Menyembah Tuhan (Beribadah).

Yang tidak boleh adalah menempatkan uang, harta dan dunia sebagai tujuan, karena tujuan kita adalah ridha Allah dan kampung akhirat kelak. Seperti artikel terdahulu “Dunia, kelereng didepan mata” itu yang tidak boleh, tempatkan dunia pada proporsi yang benar.

Ada banyak kasus orang yang mempunyai potensi ilmu agama yang sangat bagus, harus banting stir atau terjebak pada kubangan yang menenggelamkan mereka, karena urusan perut.

Pun sebaliknya, ada banyak sarjana yang secara intelektual sangat pandai, tapi ketika kepandaian dan kepintarannya itu tidak diimbnagi dengan pengetahuan dan pemahaman ilmu syari’at dan pengetahuan agama yang benar, mereka terjebak seperti robot yang hanya mentuhankan akal.

Berapa banyak orang pinter keblinger, berapa banyak orang jenius secara intelektual menjadi bangkai berjalan, karena tidak diimbangi dengan pengetahuan syari’at yang memadai.

Sudah banyak kasus dan contoh bagaimana orang-orang yang timpang ilmu pengetahuannya, hanya pinter iptek saja, menjadi monster-monster penghancur umat dan kehidupan itu sendiri.

Mereka menciptakan bom atom, nuklir dan senjata pemusnah massal dengan ilmunya, mereka lupa tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemakmur bumi, bukan malah menghancurkannya.

Berapa banyak orang pinter yang “minteri” orang lain, “minteri” hukum dan undang-undang hanya untuk kepentingannya sendiri.

Sebagai muslim, kita harus kuat secara syari’at dan juga harus tangguh dengan ilmu dan teknologi yang memadai.

Bahkan seorang guru kimia penulis pernah mengatakan bahwa semakin kita tahu ilmu kimia (keduniaan), semakin kita menyadari ada “sesuatu” yang maha, yang tak terjangkau oleh kemampuan akal dan otak kita, yaitu Allah (Ilmu Tauhid).

Pun demikian dengan ilmu komputer, semakin kita mengetahui bagaimana tulisan ini sampai dihadapan anda dengan cara yang “ghaib”, karena penulis tak pernah mengantar tulisan ini kemeja anda, tapi toh anda bisa baca persis seperti yang ada dihadapan penulis sekarang, juga seharusnya mengantarkan kita pada pemahaman bahwa memang ada sesuatu yang tidak terlihat oleh mata lahiriah kita, tapi demikian nyata, senyata tulisan ini.

Mari kita bekali diri dan keluarga ita dengan Iptek dan Ilmu Syari’at, agar tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Amiin.


Dari : Sahabat Subhan

Sabtu, 30 Oktober 2010

Pesan untuk yang dibilang katanya mengayomi

Mungkin memang inilah wajah aparat hukum kita.. walau tidak semuanya sama tapi tetap saja kelakuan dari orang yang termasuk ke dalam bagian tersebut mencitrakan bahwa sesungguhnya itulah aslinya mereka. masih tidak terima?? baiklah.. kita sebut mereka oknum saja, bagaimana?? saya yakin anda pasti setuju.. 
Suatu hari, saya mendatangi kantor aparat hukum di wilayah saya.. Sesampainya disana saya parkir motor kemudian bergegas menuju lobi kantor aparat tersebut. Ada yang sedang bertugas disana.. yang satu di ruang tamu dan yang satu lagi di ruang pengaduan. Nah, pada saat saya mengucapkan salam kepada petugas yang ada di lobi.. tidak ada jawaban. hanya matanya yang mungkin buat saya seperti sedang mengalami stress berat sehingga dia hanya memandang saya tanpa keluar sepatah kata pun dari mulutnya. dua kali saya mengucapkan salam dan mengutarakan maksud dan tujuan saya.. kemudian saya ulang lagi untuk yang ketiga kalinya.. tapi.. dia masih bisu, bahkan berlalu meninggalkan saya tanpa basa-basi sedikitpun. Akhirnya saya langsung menuju ruang pengaduan dan diterima oleh petugas yang satu lagi. Saya langsung menanyakan ke petugas tersebut.." Apa memang seperti itu ya pak orangnya?.. " Dan di jelaskanlah keadaannya saat itu sehingga petugas A tidak menghiraukan saya.. Dalam hati saya berfikir.. " ya itu urusan anda.. jikalau ada orang baru mungkin lebih baik hasilnya.." Akhirnya urusan saya selesai hari ini. Namun saya masih kecewa dengan aparat hukum yang ingin membangun citra mengayomi tetapi pada kenyataannya tidak.

Mohon untuk diperhatikan.

Salam,
Subhan Ibnu Muntako

Jumat, 08 Oktober 2010

Kenapa Palestina

Judul: Mengapa kita kalah di Palestina?
Mengapa kita kalah di Palestina? Itulah pertanyaan yang sudah menggayuti kaum Muslimin sejak puluhan tahun lalu. Mengapa umat Islam yang jumlahnya sekitar 1,4 milyar jiwa tidak berdaya menghadapi kekejaman dan kebiadaban Zionis-Yahudi yang jumlahnya hanya beberapa juta saja. Perlu kita renungkan, bahwa jumlah kaum Yahudi di seluruh dunia hanyalah sekitar 15 juta jiwa.

Dalam Atlas of The World's Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi http://www.facebook.com/l/7de09;15.050.000. Pemeluk Islam adalah 1.http://www.facebook.com/l/7de09;179.326.000, dan pemeluk Kristen 1.http://www.facebook.com/l/7de09;965.993.000. (Ninian Smart, Atlas of The World's Religions, (New York: Oxford University Press, 1999). CM Pilkington, dalam bukunya, Judaism, malah menyebut jumlah Yahudi hanya 13 juta. Mereka kini tersebar utamanya di 10 negara, yaitu USA (5.800.000), Israel (5.300.000), Bekas Uni Soviet (879.800), Perancis (650.000), Kanada (362.000), Inggris (285.000), Brazil (250.000), Argentina (240.000), Hongaria (100.000), dan Australia (97.000). (Lihat, Pilkington, Judaism, (London: Hodder Headline Ltd., 2003).

Mengapa kita kalah? Hari-hari ini kita terus menyaksikan dan meratapi saudara-saudara kita dibantai satu per satu oleh kaum Yahudi. Kita hanya bisa memanjatkan doa, berteriak, marah, protes, demonstrasi, dan menggalang dana bantuan. Itulah yang bisa kita lakukan. Kita kalah, dan tidak berdaya menghadapi kondisi yang memilukan ini. Sama dengan nasib bangsa kita yang ratusan tahun dijajah oleh bangsa-bangsa mini.

Dunia mengutuk kekejaman Zionis Israel. Namun, Israel tidak peduli. Mereka merasa kuat karena jelas-jelas didukung oleh negara adikuasa AS dan sekutu-sekutunya. Sistem PBB sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak bisa merugikan kepentingan Israel. Jika sebelumnya banyak yang menaruh sedikit harapan pada Obama, maka harapan itu kini mulai sirna. Barack Obama ternyata tak beda dengan Presiden AS lainnya yang menempatkan Israel sebagai sekutu utamanya. Kita tunggu saja, apakah setelah ia resmi memangku jabatan Presiden AS nantinya, akan ada perubahan sikap. Kita pesimis, jika melihat sikapnya selama ini terhadap Israel.

Dalam berbagai propaganda Israel mengatakan bahwa mereka melakukan kebiadaban tersebut adalah dalam rangka untuk membela diri dari serangan-serangan roket Hamas. Propaganda ini adalah sangat keterlaluan kebohongannya. Kaum Zionis dan juga AS tidak mau melihat akar masalah Pelestina itu sendiri. Palestina adalah negara yang dijajah; tanah air mereka dirampas oleh kaum Yahudi dengan dukungan Barat, khususnya Inggris dan AS. Kita perlu ingat kembali, bahwa hingga kini ada sekitar 4 juta pengungsi Palestina yang terusir dari negaranya. Masih ada yang sejak tahun 1949 mereka hidup di tenda-tenda pengungsi yang tersebar di wilayah Lebanon dan sebagainya. Mereka tidak jelas nasibnya hingga kini, apakah akan diizinkan kembali ke tanah airnya atau tidak. Hak untuk kembali (Right to Return) senantiasa ditolak Israel.

Padahal, bangsa Palestina adalah korban dari kebiadaban kaum Kristen di Barat terhadap yahudi. Mereka tidak pernah membantai kaum Yahudi. Baratlah yang selama ratusan tahun membantai Yahudi. Bahkan, selama 800 tahun kaum Muslim di Andalusia menjadi pelindung kaum Yahudi. Begitu juga Turki Utsmani. Ketika pada tahun 1492 kaum Yahudi diultimatum oleh penguasa Kristen di Spanyol untuk pindah agama, dihukum mati, atau diusir dari Spanyol, maka ratusan ribu kaum Yahudi memilih untuk pergi dari Spanyol. Kemana mereka pergi? Tak lain mereka mengungsi ke wilayah-wilayah Turki Utsmani.

Selengkapnya baca di Catatan Abu Rasyidah
http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest&note_id=400684109515#!/note.php?note_id=400682929515

Rabu, 06 Oktober 2010

Assalamu'alaikum sahabat

muhasabah diri

bismilahirahmanirahim sahabat .....
coba perhatikan tangan kiri dan kananmu serasi sejalan,saling melengkapi,
tidak peduli bahwa tangan kanan yang sangat kuat selalu mengajak tangan kiri untuk bersama sama memikul beban,....
lalu perhatikanlah .... kaki kananmu yang mengajak kaki kirimu untuk berjalan cepat bahkan berlari,.....
mereka selalu melengkapi kekurangan satu sama lain
subanallah.... tekadang kita kurang bersyukur

ketika pasangan hidup kita,
tidak seperti yang kita angankan ketika hidup terasa kurang serasi
kita terkadang merasa salah dalam hidup dan mencari yang lebih baik....

sahabat ...
selain nabi Muhammad SAW
manusia ditqdirkan akan kekurangan
agar selalu saling melengkapi satu sama yang lain,
bukan saling menjatuhkan

sahabat ...
ketika kau merasa ada dalam kekuatan
terimalah bahwa pasanganmu adalah yang lemah
ketika dirimu berada dalam kecukupan
terimalah bahwa pasangan terbaikmu adalah yang merasakan kekurangan

dan ketika kamu merasa berada dalam kekurangan
jangan pernah berputus asa untuk berharap dan berusaha
menemukan yang berkecukupan untuk datang membantu
laa yaiasu min rahmatillah

karena itulah pasangan terbaiknya..
ketika pasangan mu sedang berada dalam keadaan kurang baik
bersabarlah untuk terus membantu
agar bisa berlari bersama sama
layak seperti kaki kiri dan kananmu saling mengerti dan memperhatikan

alangkah indah rasanya
jika kita saling mengerti dan saling melengkapi
untuk sebuah kesempurnaan.........

(Tulisan disalin dari salah seorang sahabat Subhan)